Erupsi Gunung Merapi dan Tutur Kisahnya di Kehidupan

SLEMAN, SALAMGOWES – Setiap waktu yang dijalani gunung Merapi memiliki kisah-kisah tersendiri. Pada saat tertentu gunung yang berbentuk stratovolcano mengundang ribuan orang datang, dan menikmati kecantikannya.

Namun pada saat yang lain, Ia menjelma menjadi sosok yang mengerikan membuat ribuan orang menjauh darinya, seperti gunung berapi lainnya yang selalu punya hajat mengeluarkan segala isinya untuk menyeimbangkan kehidupan di lingkungan sekitarnya.

Kali ini, saya melakukan sedikit napak tilas mengenai sejarah erupsi Gunung Merapi dengan bersepeda di Museum Gunung Merapi. Rute dengan tanjakan yang tinggi tentu saja menjadi berat bagi siapapun yang belum terbiasa melintasinya.

Kayuhan paling ringan menjadi pilihan agar bisa mencapai lokasi ini. Ketika rasa lelah menerpa, alhamdulillah bertemu dengan mas Dabdoel dan kolega yang memberi support untuk melaju bersama menuju Museum Gunung Merapi.

Rasa lelah, capek terbayar sudah, kayuhan kami membawa roda-roda sepeda masuk ke halaman depan Museum Gunung Merapi. Senyum terurai dan perasaan lega muncul di raut wajah kami, tanpa menunggu lama mas Dabdoel memberikan komando untuk foto bersama. 🙂
Berfoto bersama tanpa pengarah gaya karena uforia sampai di tempat ujian

Sejarah Gunung Merapi
Franz Wilhelm Junghuhn geolog dari Belanda pernah menyampaikan kajian ilmiahnya dalam bukunya Pulau Jawa – Bentuknya, Permukaannya, dan Susunan Dalam (3 jilid, 1852-54), dia menyebutkan Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Merapi terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia bergerak kebawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa.

Penelitian lain yang dilakukan oleh ahli geologi Indonesia, dan Jerman pada tahun 2006, menemukan ruang raksasa di bawah Merapi. Para ilmuwan memperkirakan material di dalam ruang tersebut adalah magma yang diduga menghambat gelombang getaran gempa bumi.

Kondisi ruangan raksasa yang bermaterikan magma di dasar gunung Merapi tersebut adalah bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghujamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Hal ini pernah diutarakan oleh Birger Luehr, volkanolog dari Postdam Geo Forschungs Zentrum, Jerman yang dikutip spiegel.de. Berdasarkan kondisi tersebut, para ilmuwan sudah menduga Merapi dalam proses menuju erupsi besar, hal ini menjadi kenyataan pada 2010.

Museum Gunungapi ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan, penyebarluasan yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain yang berkaitan dengan gunungapi dan sumber kebencanaan geologi lainnya.

Siklus letusan Gunung Merapi
Menurut literatur PVMBG, erupsi Gunung Merapi secara resmi ditulis sejak awal masa kolonial Belanda pada abad ke-17. Peristiwa erupsi sebelumnya tidak tercatat secara jelas, dan tidak ada lembaga yang mencatatkannya secara resmi.

Setiap terjadinya erupsi tingkatannya pun bervariasi. Erupsi terbesar yang dialami oleh Gunung Merapi tercatat pada tahun 1872, dan 2010. Letusan pada tahun 1872, Merapi mengeluarkan luncuran ‘wedhus gembel’  mencapai jarak 20 kilometer, sedangkan pada tahun 2010 kemarin luncuran awan panas mencapai 15 kilometer.

Letusan Gunung Merapi tercatat sebagai berikut:

  • Periode diatas 1000 tahun hingga 250 tahun tercatat ada 33 kali erupsi, tujuh di antaranya erupsi besar, dari data tersebut erupsi besar terjadi dalam 150 – 500 tahun.
  • Pada abad ke-19 Gunung Merapi beberapa kali terjadi erupsi besar pada tahun 1768, 1822, 1849, dan 1872. Abad ke-20 pada tahun 1930, dan 1931. Abad ke-19 erupsi yang terjadi pada Gunung Merapi jauh lebih besar dari abad ke-20, awan panas atau wedhus gembel meluncur hingga radius 20 kilometer. Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun. Aktivitas Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan, di mana letusan terbesar terjadi pada 1931.
  • Berdasarkan data, dan dokumentasi tercatat sejak tahun 1600an, Gunung Merapi mengalami erupsi lebih dari 80 kali atau meletus dalam empat tahun, masa istirahatnya sekitar 1 – 18 tahun. Pada abad ke-18, dan ke-19, Gunung Merapi masa istirahatnya periodenya lebih lama, sedangkan indeks erupsinya lebih besar.
  • Setelah tahun 1931, erupsi terjadi lagi pada tahun 1961, dan 2010. Tahun 2010 kemarin, erupsi Merapi bisa dikatakan dahsyat, luncuran wedhus gembelnya mencapai 15 kilometer, untuk tahun 1961 tida ada catatan yang jelas.
  • Paska 2010, terjadi beberapa kali letusan kecil termasuk tahun 2014.

    Warga bantaran Kali Code menambang pasir dari sungai tersebut. Sungai Code menjadi salah satu jalur lahar dingin dari Merapi menuju laut selatan.

 

Satu respons untuk “Erupsi Gunung Merapi dan Tutur Kisahnya di Kehidupan

Tinggalkan komentar